Senin, 22 September 2014


Memaknai Ulang Tahun, Melanjutkan Mimpi

Tak tahu ini sudah tiba waktunya atau belum, tapi gemerlapan kembang api bertebaran di seluruh penjuru langit di luar sana. Mungkin sudah tanggal 01 Januari 2014. Selamat tahun baru!

Banyak orang yang menganggap istimewa tanggal kelahiran saya. Kata mereka seluruh dunia ikut merayakannya. Tak bisa saya pungkiri, saya selalu mengucap “Alhamdulillah”. Tanggal lahir “cantik” itu pula lah yang memudahkan orang di sekitar saya untuk mengingat hari ulang tahun saya. Ucapan dan doa senantiasa berdatangan seiring dengan riuhnya pesta kembang api.

Sebenarnya apalah arti ulang tahun. Hanya untuk memperingati tanggal yang tercantum dalam kartu tanda penduduk atau identitas sejenis. Atau sebuah momen untuk kita mengingat bahwa umur kita telah bertambah satu angka dan masa hidup pun berkurang. Namun berbeda halnya bagi saya. Keberuntungan saya memiliki tanggal lahir tepat pada pergantian tahun memaksa saya untuk merefleksi diri selama saya hidup dan khususnya selama satu tahun ke belakang. Apa yang terjadi pada saya, apa yang sudah saya lakukan, apakah saya sudah berguna bagi orang tua, bangsa dan agama seperti yang –mungkin- orang tua saya haturkan dalam doanya ketika saya lahir. Pada saat itu pula kemudian saya mereview apa-apa kegagalan saya, dan apa yang harus saya lakukan dan perbaiki untuk di tahun yang baru. Menyusun resolusi. Dan mimpi.

Resolusi bagi saya adalah usaha yang bisa saya lakukan dan bisa saya paksakan untuk saya lakukan. Tentunya bertujuan untuk saya yang lebih baik. Sedangkan mimpi adalah cita-cita yang ingin saya raih dengan mengejawantahkan resolusi dalam sebuah ikhtiar. Tapi mimpi itu tak mutlak bisa diraih dengan ikhtiar, karena ada sebuah power yang tidak bisa saya kendalikan; kuasa Tuhan.

Sebagai seorang yang beragama saya percaya dengan kuasa Tuhan. Apa yang tak mungkin bagi-Nya jika Ia mampu menciptakan ragam manusia, bumi yang kaya, air sumber kehidupan, dan matahari yang vital bagi kesemuanya. Begitu kompleks, tak satu pun luput dari sistem keterkaitan. Berbicara tentang ini waktu dan logikamu tak akan cukup.

Tahun ini saya akan mencoba menggabungkan resolusi dengan mimpi. Mimpi saya bisa mengenal Indonesia lebih dalam, jauh lebih dalam. Tapi tak hanya sekedar melihatnya melalui sebuah media baca atau internet. Saya ingin menyapanya secara langsung. Menyapa Indonesia dengan seluruh isinya.




Yang saya yakini, untuk menjadi orang Indonesia seutuhnya saya harus mengenalnya lebih dulu. Untuk melampiaskan cinta saya kepadanya. Mimpi ini tak boleh hanya jadi mimpi. Andrea Hirata mengajak kita untuk bermimpi. Katanya, “Bermimpilah, maka Tuhan akan memeluk mimpimu.” Pernyataan ini mengamini apa yang saya ungkapkan sebelumnya. Bahwa Tuhan punya andil besar dalam setiap mimpimu.


Semoga mimpi ini dipeluk-Nya. #MenjadiIndonesia

Bekasi
01 Januari 2014
00.14 WIB